“MEMBACA DUNIA LEWAT INTISARI”
- Juli 24, 2013
- by
Saya
mengenal Majalah Intisari sejak Sekolah Dasar sekitar tahun 90-an,waktu itu salah
seorang dari keluarga besar kami berlangganan majalah ini setiap bulan. Awal ketertarikan
saya pada saat itu pada majalah intisari adalah tampilan majalahnya yang sederhana,
disertai warna dan gambar yang cerah,menarik serta kualitas kertas yang
tergolong bagus,sehingga untuk anak seusia saya saat itu membaca dan melihat
majalah yang satu ini memang sangat mengasyikkan.
Sejak dulu saya memang senang
membaca tulisan-tulisan tentang teknologi, alam, dunia kedokteran dan
pengobatan serta ruang angkasa,masih terngiang diingatan saya,Majalah Intisari menulis
tentang sisi lain penerbangan Neil Amstrong kebulan,hanya saja saya sudah tidak
ingat lagi judul tulisan yang tepat dan tanggal penerbitannya,tapi yang menjadi
catatan menarik bagi pribadi saya sampai sekarang setelah membaca tulisan
tersebut,bahwa saya meragukan keautentikan data tentang manusia yang katanya bisa
menginjak bulan,sampai saya sendiri yang benar-benar menginjak bulan.
Hal lain yang masih membekas
difikiran saya dari tulisan yang dulu pernah saya baca dari Majalah Intisari tentang
pengobatan penyakit dengan air kencing,dari majalah inilah pertama kali saya
tau bahwa air kencing bisa dijadikan obat. Wah,saya fikir tulisan yang ini agak
ngawur,benda kotor dijadikan obat,tapi inilah uniknya dunia. Dari
tulisan tersebut saya jadi tertarik untuk mencari tau bagaimana tinjauan Fiqh Islam
khususnya dalam penggunaan benda-benda najis untuk pengobatan.
Ada lagi satu rubrik Detectif
di majalah intisari yang menginspirasikan saya tentang pentingnya Matematika dan
pengetahuan Studi Kasus dalam memecahkan masalah, mungkin ini juga hikmah dengan
ketertarikan dan senangnya saya mengikuti rubrik tersebut,alhamdulillah
sekarang saya juga dipercayakan untuk mengajar matematika.
Terimakasih
Intisari,semoga majalah ini bisa tetap eksis menginspirasi anak bangsa
untuk terus semangat “Membaca Dunia”.