-->

Assalamu'alaikum Sahabat, - weblog saya sudah berpindah alamat :

putramalayu.blogspot.com

Professional Web Designer Professional Web Developer Writing is my passion

Rabu, 26 Januari 2011

Rumput Laut Desa Sugie

  • Januari 26, 2011
  • by
STUDI PERMASALAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DESA SUGIE KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN PROPINSI KEPULAUAN RIAU

Oleh :
AZRANI ERY SAPUTRA
  
“ DIIKUT SERTAKAN DALAM LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA YANG DITAJA OLEH : BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)
UNIVERSITAS RIAU-th-2005“ 

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Wilayah Indoneseia dengan bentangan daerah khatulistiwa dari 940 sampai 1410 dan 60 Lintang Utara sampai 110 Lintang Selatan, merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau besar dan kecil dengan garis pantai 81.000 km yang juga merupakan garis pantai terpanjang kedua didunia. Wilayah laut Indonesia mencakup 12 mil laut kearah laut bebas, selain itu Indonesia memiliki wilayah Yuridifakasi nasional yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil dari garis pantai. Dengan ditetapkannya konvensi PBB tentang hukum laut Internasional tahun 1982, wilayah laut yang dapat dimanfaatkan diperkirakan mencapai 5,8 juta km2 yang terdiri dari 3,1 juta km2 perairan laut teritorial Indonesia dan sisanya sekitar 2,7 juta km2 perairan ZEE (Dahuri, 2002)
Ironis memang, dengan potensi perairan laut yang sedemikian besar dimiliki oleh bangsa ini, namun keadaan itu belum mampu mengangkat taraf hidup masyarakat terutama mereka yang berada didaerah pesisir. Keadaan ini bisa jadi karena pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya laut kita yang belum merata dan belum optimal. Kita dapat melihat dari kondisi nelayan dan para petani ikan yang ada dipesisir dan laut ini, umumnya memiliki armada dan peralatan yang masih bersifat tradisional. Dimana keadaan ini akan lebih jelas terlihat lagi didaerah-daerah kepulauan yang jauh dari sentuhan teknologi.
Melihat gugusan kepulauan di Indonesia yang luas dan banyak serta memiliki potensi perikanan dan perairan yang besar, maka Kabupaten Karimun merupakan salah satu gugusan kepulauan di propinsi Kepulauan Riau, yang dikelilingi oleh perairan laut cukup luas, sehingga sangat potensial sebagai daerah pengembangan sektor perikanan dan kelautan. Daerah ini berbatasan langsung dengan Selat Singapura dan Malaysia dibagian Utaranya sementara selat itu memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Seperti yang dipaparkan dalam laporan Dinas Perikanan Tingkat I Riau tahun 1996, selat Malaka – Riau memiliki sumber daya perikanan dengan jumlah sebesar 141.720 ton dengan potensi sebesar 81.928 ton/tahun (Kasry, 1997). Dengan luas daerah sekitar 7.984 km2 Kabupaten Karimun terdiri dari 1.524 km2 daerah daratan dan perairan 6.460 km2 dengan 198 buah pulau yang tersebar. Dan salah satunya adalah Pulau Sugie dengan luas wilayah sekitar 62 Km2 yang memiliki potensi perikanan serta rumput laut.
Seiring pertambahan jumlah penduduk, terutama yang bermukim diwilayah pesisir, hal ini bisa menyebabkan peningkatan tekanan terhadap wilayah tersebut. Keadaan ini dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya gangguan didaerah pantai, terumbu karang, hutan bakau dan lingkungan pesisir lainnnya. Seperti yang diutarakan oleh Soeriatmadja (1983) dalam Khalil, (2003) “Bahwa pertambahan populasi manusia dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan didarat dan dilaut, terutama sekitar area pesisir dan pantai.” Apalagi disaat penduduk setempat tidak memiliki mata pencaharian yang dapat mendukung kehidupan mereka, ini akan lebih memperburuk keadaan diwilayah tersebut.
Bicara tentang Pulau Sugie dan wilayah pesisir serta korelasinya dengan  kekhawatiran terhadap ganguan wilayah seiring peningkatan penduduk, maka hal itu ternyata sudah mulai kelihatan terjadi. Kondis ini dapat dilihat dari kerusakan hutan mangrove yang dulunya masih lebat dengan perkiraan sekitar 500 ha namun saat ini tinggal 36 ha (Khalil, 2003). Keadaan yang cukup mengkhawatirkan ini terjadi karena kebutuhan hidup yang mendesak semantara lapangan pekerjaan masyarakat kurang terpenuhi. Untuk itu perlu diantisipasi dengan menyediakan serta membuat lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.
Sebenarnya masyarakat Desa Sugie juga memiliki pekerjaan untuk menyambung dan menghidupi keluarga mereka, salah satun usaha tersebut adalah budidaya rumput laut. Pekerjaan ini sebenarnya sudah cukup lama digeluti oleh masyarakat terlihat dari data yang ada, sejak tahun 2000 mereka sudah menggeluti pekerjaan sampingan ini. Namun, seiring berjalannya waktu, produksi mereka tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya, belum lagi harga jual hasil panen mereka sangat rendah sementara pekerjaan tetap mereka yang umumnya sebagai nelayan, kurang dapat dihandalkan lagi karena berbagai kendala juga sedang mereka hadapi, yakni menurunnya hasil tangkapan mereka.
Fonomena ini sangat memprihatinkan untuk itu penulis akan mengidentifikasi permasalah dan mencoba memberikan gagasan berupa solusi yang perlu dilakukan untuk menanggulangi khusus permasalahan pra dan pasca panen budidaya rumput laut di Desa Sugie Kabupaten Karimun ini.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini tentang keadaan pra dan pasca panen rumput laut dimana produksinya yang semakin menurun dan murahnya harga jual yang didapat oleh para petani rumput laut di Desa Sugie.

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh para petani rumput laut Desa Sugie, kemudian mencoba mencari solusi yang tepat.

1.4. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada fihak pemerintah daerah setempat sebagai pembuat kebijakan, terutama Dinas Perikanan, agar dapat memperhatikan permasalahan budidaya yang dihadapi masyarakat, khususnya petani rumput laut. Hingga dengan melihat kondisi tersebut diharapkan ada perhatian yang serius untuk dapat melakukan perbaikan, guna meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat petani rumput laut di Desa Sugie.
Sedangkan bagi peneliti sendiri, hal ini merupakan bentuk kegiatan dalam aplikasi ilmu perikanan dilapangan, sehingga dapat kiranya membuka wawasan dan pola fikir dapat memberikan sumbangsih dalam bentuk solusi pemikiran.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum perairan dapat dikategorikan dalam dua kelompok, yakni perairan tawar dan perairan laut (Kasry.et.al.2002).
Air merupakan media bagi kehidupan, dimana didalamnya terdapat berbagai bahan kimia maupun bentuk partikel. Kulaitas air merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi keberhasilan budidaya. Jika kulitas air baik, maka produksi pertumbuhan ikan akan baik pula. Beberapa sifat fisika, kimia perairan yang dapat mempengaruhi adalah oksigen terlarut, karbodioksida, kecerahan dan pH (Susanto, 1999).
Perikanan merupakan suatu usaha manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati perairan untuk mendapatkan keuntungan dan meningkatkan ekonomi manusia dan ditinjau dari kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan pada umumnya dapat dibagi atas dua kegiatan, yaitu sebagai berikut: 1) pemeliharaan, dan  2) penangkapan Usaha ini lebih dikenal dengan usaha budidaya perikanan. (Effendi, 1979).
Syamsuddin (1980) menyatakan bahwa perikanan terdiri dari tiga komponen utama yang saling berinteraksi, yaitu: 1) biota, merupakan makhluk hidup yang tercantum dalam perikanan, termasuk tumbuhan air, ikan, hewan laut lainnya, plankton, dan bentos, 2) habitat, komponen fisik yang mengikuti semua fakta integrasi perairan kualitas air, subtrat (dasar) geografi yang berperan dalam perikanan, dan 3) manusia, meliputi pemakaian usaha perikanan dan mengeksploitasi sumberdaya biota perairan.
Budidaya perairan merupakan suatu usaha untuk memproduksi organisme air disuatu lingkungan tertentu sehingga diperoleh produksi yang lebih baik dari lingkungan secara alami (Achyar, 1986).
Selat Malaka – Riau memiliki sumber daya perikanan dengan jumlah sebesar 141.720 ton dengan potensi sebesar 81.928 ton/tahun (Kasry, 1997). Dan diperairan pantai Desa Sugie (Karimun - Riau) sangat baik untuk budidaya tumput laut terutama jenis Euchema sp (Hidayat, 2002).
Lumpur dalam perairan juga mengurangi penetrasi sinar kedalam perairan sehingga dapat mengurangi kecepatan fotosintesis (Fardiaz. 1992). Hal ini diperkirakan juga menjadi pemicu munculnya penyakit ice-ice diduga adalah bakteri yang terjadi karena adanya interaksi antara faktor lingkungan (suhu, salinitas, kecerahan, dan parameter fisika, kimia lainnya) dengan patogen yaitu organisme yang berperan sebagai penyebab penyakit (Sadhori, 1991).
Tanaman rumput laut tampak bercak putih penyakit ini disebut juga ice-ice, hal ini  disebabkan oleh perubahan lingkungan yang ekstrem  (seperti arus suhu dan kecerahan) sehingga memudahkan bakteri hidup (Sediadi dan Budihardjo, 2000).
Untuk memberdayakan masyarakat pesisir dan nelayan diperlukan tiga jurus yakni; mendekatkan mereka dengan teknologi dan manajemen, mendekatkan pasar dengan sentra produksi nelayan dan mendekatkan para nelayan dengan akses permodalan (Estuaria. 2003).
Menurut Ismail (1991), rendahnya produksi perikanan (termasuk rumput laut) mempengaruhi pendapatan rumah tangga masyarakat nelayan menjadi rendah pula. Besar kecilnya anggota keluarga akan mempengaruhi secara langsung pendapatan anggota keluarga. Oleh karena itu Ilyas (1983) mengatakan bahwa sumberdaya perikanan di Indonesia memiliki arti sosial ekonomi yang penting bagi masyarakat mengingat besarnya jumlah penduduk maupun jumlah nelayan, sebagian besar wilayahnya adlah laut ditambah perairan darat dan rendahnya konsumsi protein yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan untuk pertumbuhan kecerdasan serta keterbatasan peningkatan produksi.
Menurut Syamsudin (1980)  ada beberapa faktor yang mempengaruhi perikanan antara lain: 1) usaha masih bersifat sambilan, 2) terbatasnya modal yang dimiliki, 3) kurangnya bimbingan dari pihak yang berwenang, 4) terbatasnya pendidikan yang dimiliki oleh petani. Oleh karena itu pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal di antaranya adalah: 1) pengadaan dan penyediaan serta penyederhanaan sarana dan prasarana usaha perikanan, 2) sarana perkreditan bagi petani, dan 3) pendidikan, latihan dan penyuluhan dalam rangka alih teknologi bagi petani.
Pemasaran (marketing) menurut Manulang (1980) adalah segala aktivitas yang dikerjakan orang-orang atau bagian untuk memindahkan barang dan jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran antara lain : mutu, produk, jumlah produk, jauh dekatnya sumber produk dengan konsumen, sarana angkut dari produsen dan jumlah konsumen dari produk (Ayub, 1997).
Malik (1998) menambahkan tantangan yang dihadapi nelayan dan petani ikan skala kecil yang masih di cirikan dengan masalah-masalah sosial ekonomi, seperti tingginya biaya produksi, tidak meratanya kepemilikan, rendahnya nilai investasi, lemahnya kelembagaan nelayan, konflik dengan usaha perikanan padat modal dan ketidaksempurnaan pasar (market imperfection). Pada hal  petani kecil biasa di kenal dengan perikanan rakyat masih mendominasi usaha perikanan Nasional.

III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian  ini telah dilaksanakan pada tanggal 1 sampai dengan 4 Juni 2005 di Desa Sugie Kecamatan Moro Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau.
3.2. Bahan dan Alat
            Bahan dan  alat yang digunakan pada Penelitian  ini adalah peralatan tulis, buku, kamera dan laptop serta peralatan penunjang lainnya.
3.3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan observasi langsung ke lokasi serta wawancara dalam bentuk diskusi dengan kepala desa setempat, kelompok masyarakat perikanan yakni nelayan dan terkhusus masyarakat pembudidaya rumput laut yang ada.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            3.4. Analisa Data
            Data diperoleh selama penelitian, dikumpulkan dan dianalisa secara deskriptif untuk ditarik suatu kesimpulan  yang nantinya dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah terhadap kendala yang menghambat sektor perikanan rumput laut yang ada di Desa Sugie.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sekilas Kondisi Alam Desa Sugie
Desa Sugie merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Moro Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau, dengan luas wilayah sekitar 62 Km2  dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Keban, Selatannya berbatasan dengan Desa Moro, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pauh dan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Belakang Padang. Adapun secara geografis, Desa Sugie terletak antara 1030 43’ BT sampai 1030 45’ BT dan 00 48’ LU sampai 00 51’ LU.
Desa Sugie merupakan dataran rendah dengan permukaan berbukit dan memiliki ketinggian rata-rata kurang dari 5 meter dari permukaan laut dengan bentuk pantai landai. Perairan pantai daerah ini memiliki surut terendah. Air kering sampai 110 meter kearah laut dari batas pasang tertinggi. Jaraknya dengan ibu kota Kabupaten Karimun kurang lebih 55 Km hanya dapat ditempuh dengan kendaraan atau transportasi laut.
Daerah ini memiliki iklim dengan dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan dimana hujan terjadi umum pada Bulan Oktober sampai Bulan Maret dan musim kemarau dari Bulan April sampai Bulan September. Suhunya berkisar antara 21oC  sampai dengan 31 oC dan suhu rata-rata 28 oC dengan curah hujan pertahun antara 13,6 mm/tahun.
Ada empat musim yang dipengaruhi oleh: Musim Utara pada Bulan Januari sampai Maret yang ditandai dengan angin kencang dan perairan yang bergelombang dimana saat ini merupakan musim banyaknya ikan. Musim Timur yang terjadi pada Bulan April sampai dengan Juni yang ditandai dengan angin tidak kencang. Kemudian Musim Barat terjadi pada Bulan Juli sampai dengan September, keadaaan  angin kencang dan perairan bergelombang dan ini juga merupakan musim dimana ikan lagi banyak-banyaknya muncul. Terakhir Musim Selatan yang terjadi pada Bulan Oktober hingga Desember dengan kondisi angin yang lemah.
4.2. Kondisi Umum Perairan Desa Sugie
Perairan secara umum dapat dibagi dua bagian yakni perairan darat dan perairan laut. Seperti yang dikatakan oleh Kasry.et.al.(2002), perairan dapat dikategorikan dalam dua kelompok, yakni perairan tawar (Perairan darat) dan perairan laut.
Adapun Desa Sugi sesuai dengan kondisi geografisnya, sangat miskin dengan perairan darat dimana perairan ini hanya dialiri dari satu mata air yang itupun berasal dari pegunungan dan umunya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi. Karena keterbatasan inilah penduduk setempat kesulitan untuk melakukan usaha budidaya perikanan darat dan mereka lebih memilih melakukan pengembangan usaha perikanan diperairan laut seperti halnya usaha budidaya rumput laut dan keramba jaring apung.
Adapun perairan laut, Desa Sugie memiliki perairan yang jernih dengan substrat pasir yang berlumpur dan ini memungkinkan untuk tumbuhnya terumbu karang karena biasanya karang terdapat pada perairan jernih dengan sapuan arus yang cukup dan suhu perairan tidak rendah dari 18oC (Romimohtarto,1997). Selain itu kondisi perairan ini juga cocok untuk berkembangnya rumput laut. Hal ini dipertegas pula oleh Hidayat (2002), bahwa diperairan pantai Desa Sugie sangat baik untuk budidaya tumput laut terutama jenis Euchema sp.
4.3. Kualitas Air  Perairan Desa Sugie
Berikut ditampilkan tabel parameter lingkungan perairan yang dikeluarkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karimun.
Tabel.1 Data parameter lingkungan perairan yang dikeluarkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karimun tahun 2003
NO
PARAMETER

FREKWENSI

SATUAN
1
Oksigen terlarut (DO)
7
Mg/L
2
Salinitas
33
Permil (0/00)
3
PH
7-8
Unit
4
Kecerahan air
2-4
Meter
5
Kecepatan arus
20-40
Cm/detik
6
Suhu
25-30
0C
Sumber: Khalil (2004).
Kualitas perairan adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan guna kelangsungan hidup organisme yang ada diperairan tersebut. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Zobell (1973) dalam Khalil (2004), bahwa pertumbuhan organisme sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti temperatur, pH, salinitas, tekanan osmotik, pengadukan atau gerakan air, intensitas cahaya matahari, material tersuspensi dan bahan kimia lainnya.

4.4. Kondisi Budidaya Rumput Laut Desa Sugie
Ada dua jenis Budidaya yang dilakukan oleh penduduk di Desa Sugi, budidaya ikan dikeramba jaring apung dan kegiatan budidaya rumput laut.
Dari pengamatan penulis, untuk budidaya ikan dalam keramba jaring apung masih segelintir orang yang melakukan aktivitas tersebut, karena dalam kegiatan ini diperlukan modal yang tidak sedikit. Ikan-ikan utama yang dipelihara dalam keramba jaring apung ini, adalah Ikan Kerapu Macan karena memang nilai jual ikan ini cukup tinggi.
Dalam melakukan kegiatan budidaya rumput laut, masyarakat setempat kebanyakan masih menggunakan metode dan cara yang dirancang sendiri oleh petani dan masih sederhana. Seperti yang penulis amati disepanjang bibir pantai pelabuhan ketika memasuki desa itu, penanaman rumput laut masih dengan melakukan pemancangang dua kayu dan diberi tali kemudian bibit rumput laut diikat pada tali tersebut. Dan yang lebih sederhana lagi ada juga sebagian dari penduduk yang mengikat tanaman rumput laut mereka dipancang-pancang pelabuhan. Namun ada juga yang melakukan penanaman rumput laut dengan menggunakan rakit akan tetapi masih menggunakan pelampung sebagai pengganti bambu yang juga berfungsi sebagai tanda dan letak posisi lahan budidaya rumput laut mereka.
Walaupun kegiatan rumput laut yang mereka lakukan masih sederhana namun kegiatan ini juga memberi hasil bagi mereka. Akan tetapi dari hasil diskusi penulis dengan para petani rumput laut, belakangan ini produksi yang mereka dapat, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya dari tahun-ketahun mengalami penurunan. Hal ini tergambar pada data jumlah hasil rumput laut yang terlihat pada tabel 2 berikut.
Tabel.2. Jumlah Hasil Produksi Rumput Laut Desa Sugie
NO
TAHUN

PRODUKSI (Ton)

PERSENTASE (0/0)
1
2000
135
31,4
2
2001
120
27,91
3
2002
90
20,93
4
2003
85
19.76
JUMLAH
100 %
Sumber: Khalil (2004)
Banyak sebab yang membuat permasalahan seperti ini terjadi. Padahal jika dilihat dari hasil pengamatan dan survey kelayakan perairan yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu didesa ini, sepertinya sudah dapat memberikan angin segar untuk melakukan usaha budidaya rumput laut.

4.5. Permasalahan Dan Solusi
Telah dipaparkan diatas, bahwa penurunan produksi budidaya rumput laut didesa ini, kian tahun makin terus terjadi. Dari hasil diskusi  dan pertemuan dengan kepala desa serta masyarakat setempat, permasalahan tidak berhenti hanya disitu. Ketika petani harus diresahkan dengan penurunan produksi, mereka harus dipersulit lagi dengan harga jual rumput laut kering dengan harga yang rendah.
4.5.1. Permasalahan Pra dan Pasca Panen
Jika dilihat dari kondisi perairan pada saat penulis datang kedaerah ini, kondisi perairan ditempat penanaman rumput laut agak kotor dan keruh. Hal serupa juga dikatakan dan dikeluhkan oleh masyarakat. Dari penjelasan mereka, pada batang rumput laut itu terdapat lumpur dan jika dicuci berulang kali maka lumpur tetap ada.
Kondisi seperti ini bisa jadi merupakan faktor lingkungan yang salah satunya dikhawatirkan merupakan pengaruh yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan pasir yang dilakukan sekitar perairan Desa Sugie, karena memang Karimun terkenal sebagai daerah penambangan pasir yang cukup besar.
Kegiatan ini sebenarnya dapat menyebabkan meningkatnya jumlah sedimen dalam bentuk lumpur dalam perairan karena adanya pengadukan pasir laut. Menurut Fardiaz (1992), adanya lumpur dalam perairan mengurangi penetrasi sinar kedalam perairan sehingga dapat mengurangi kecepatan fotosintesis. Ini sangat merugikan, karena selain keruh, fotosintesis dapat terhambat dan kondisi ini juga dapat menghambat laju pertumbuhan rumput laut sehingga ini bisa membuat dampak pada penurunan produksi panen rumput laut didesa ini.
Banyak efek samping yang ternyata dapat ditimbulkan dari kegiatan penambangan pasir ini walaupun mungkin tidak seluruhnya terjadi diakibatkan dari kegiatan penambangan, namun yang jelas faktor musim juga terlihat efeknya, dimana pada Bulan Februari sampai Juni adalah musim angin barat, dan pada saat itu petani mengeluhkan bahwa rumput laut mereka terserang penyakit. Setelah dilihat, pada cabang-cabang tanaman ini tampak bercak putih. Penyakit ini disebut juga ice-ice, hal ini  disebabkan oleh perubahan lingkungan yang ekstrem  (seperti arus suhu dan kecerahan) sehingga memudahkan bakteri hidup (Sediadi dan Budihardjo, 2000). Diduga penyakit ini adalah bakteri yang terjadi karena adanya interaksi antara faktor lingkungan (suhu, salinitas, kecerahan, dan parameter fisika, kimia lainnya) dengan patogen yaitu organisme yang berperan sebagai penyebab penyakit (Sadhori, 1991). Fenomena penyakit dan lumpur ini dikhawatirkan juga akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas bibit rumput laut yang mereka gunakan karena para petani masih mengunakan bibit dari hasil panen mereka. Hal ini jelas akan bermaslah karena induk yang diproduksi sedang bermasalah.
Adapun pasca panen, saat rumput laut akan dijual, para petani juga repotkan dengan harga rumput laut yang dibeli dengan murah. Situasi dilematis yang dihadapi oleh petani, dimana harga jual per kilogramnya hanya Rp.4.000 padahal didaerah lain seperti lampung misalnya, harga perkilo rumput laut keringnya mencapai Rp.8.000. Sebenarnya jika dilihat secara marfologi, hasil rumput laut terutama dari jenis Eucheuma.sp yang dihasilkan dan yang dijual oleh petani didesa ini cukup bagus, hal ini nampak dari rumput laut yang berhasil dipanen, dimana tanaman tampak segar dan hjau dengan cabang tanaman yang tumbuh banyak.

4.5.2. Alternatif Solusi
Dari semua uraian permasalahan yang dihadapi masyarakat petani rumput laut di Desa Sugie ini, maka ada beberapa alternatif solusi yang penulis tawarkan dan nantinya diharapkan dapat memperbaiki kondisi yang sedang terjadi. Untuk itu pemerintah daerah setempatlah yang pertama kali perlu untuk segera memutar dan mengambil kendali haluan kebijakan seputar permasalahan-permasalahan budidaya rumput laut yang ada didaerah ini.
Alternatif solusi permasalahan tersebut antara lain adalah:
1.             Pemerintah daerah (Pemda) terutama Dinas Perikanan setempat harus segera turun kelapangan (surey) dan melihat kondisi yang telah terjadi di Desa Sugie ini, tentang permasalahan yang menyangkut dengan kualitas perairan budidaya rumput laut, dengan melakukan uji kualitas air.
2.             Dinas Perikanan setempat perlu melakukan penyuluhan yang diselenggarakan secara rutin agar pengetahuan baru dapat terus diserap dan diketahui terutama tentang perkembangan teknologi dan pengolahan  rumput laut yang baik.
3.             Dibidang budidaya, langkah-langkah yang dapat diambil dalam menanggulangi penurunan produksi rumput laut yakni dengan melakukan penggantian bibit rumput laut yang ada sekarang dengan bibit yang lebih baik. Dalam hal ini Dinas Perikanan Setempat dapat melakukan kerja sama dengan daerah lain yang juga penghasil rumput laut untuk memberikan bibit-bibit yang lebih baik dan bermutu pada para petani Desa Sugie. Untuk kemudian dilakukan pengembangan kembali dibawah pengawasan Dinas Perikanan setempat.
4.             Pemerintah sebaiknya memberikan bantuan dana pada masyarakat baik dalam bentuk uang maupun peralatan dan bahan-bahan yang dapat menunjang kegiatan petani rumput laut Desa Sugie untuk melakukan usahanya. Jika perlu pemerintah melakukan lobby guna memasukkan investor untuk dapat menanam modal mereka pada usaha ini. Tidak hanya sampai disitu saja, pemerintah sebagai juga harus terus memantau kegiatan yang mereka lakukan sampai panen nantinya.
5.             Mengenai penyakit, kemungkinan besar hal itu terjadi karena pengaruh kondisi alam dan dapat juga disebabkan oleh penambangan pasir yang menyebabkan lumpur menutupi permukaan tanaman. Sehingga dalam hal ini, melakukan pengaturan tata ruang pesisir dan lautan sangat diperlukan untuk dapat menentukan zona dan areal penambangan yang relatif aman serta tidak mengganggu aktivitas petani dalam melakukan pembudidayaan.
6.             Mengenai kendala pemasaran, dimana harga yang dirasa tidak imbang, maka pemerintah daerah dari dinas yang setempat yang bersangkutan perlu memperjelas dan menetapkan harga sesuai dengan harga jual rumput laut minimal ditingkat pasaran nasional. Sehingga hal itu dapat nantinya menunjang kehidupan masyarakat khususnya petani rumput laut setempat.
7.             Untuk menangulangi permasalahan harga yang rendah maka perlu adanya Unit koperasi dalam melakukan distribusi dan penjualan nantinya. Dan sebenarnya koperasi didaerah ini ada, namun dari informasi kepala desa setempat, status badan hukumnya yang masih belum jelas, sedangkan untuk mendapatkan status tersebut diperlukan biaya yang menurut ukuran masyarakat setempat, mereka tidak mampu untuk membayarnya. Untuk itu perlu adanya status badan hukum yang jelas terhadap koperasi yang dimiliki oleh kelompok tani dan nelayan setempat. Lagi-lagi peran pemerintah dalam sangat diperlukan. Mungkin tidak ada salahnya dinas yang terkait membantu memperjelas status badan hukum koperasi perikanan yang ada didesa ini.
Apabila tidak ada perhatian yang serius dari pemerintah daerah setempat untuk mengkaji dan memberi status badan hukum yang resmi pada koperasi perikanan desa setempat, maka para petani diharapkan dapat melakukan penggalangan dana secara kecil-kecilan untuk mendapatkan status resmi koperasi mereka, yakni dengan mengumpulkan dana perbulannya sesuai dengan kesepakan dan diharapkan dari pengumpulan dana tersebut, dalam jangka waktu yang telah diperhitungkan, dapat mencapai target untuk membayar dana pelegalan status badan hukum koperasi nelayan yang ada.
8.             Terakhir perlu lagi ditekankan bahwa, dalam melakukan pemberdayaan petani rumput laut agar mereka dapat menjadi lebih maju dikemudian harinya maka perlu dilakukan tiga langkah pendekatan yakni; mendekatkan mereka dengan teknologi dan manajemen yang baik tentang rumput laut, mendekatkan pasar dengan sentra produksi rumput laut dan mendekatkan para petani dengan akses permodalan.


VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Melihat keadaan petani rumput laut yang selalu dirugikan mulai baik dari teknis dilapangan kegiatan usaha yang mengalami kendala, sampai dengan harga penjualan hasil yang terasa murah, maka perlu kiranya Pemerintah Daerah setempat terutama Dinas perikanan untuk bertindak dengan memperhatikan solusi yang telah penulis paparkan. Yang secara umum, perlu ditekankan lagi, bahwa dalam melakukan pemberdayaan bagi petani rumput laut agar mereka dapat menjadi lebih maju dikemudian harinya maka perlu dilakukan tiga langkah pendekatan yakni; mendekatkan mereka dengan teknologi dan manajemen yang baik tentang rumput laut, mendekatkan pasar dengan sentra produksi rumput laut dan mendekatkan para petani dengan akses permodalan.

6.2. Saran
Pertama penulis menyarankan pada pihak Perguruan Tinggi dan Akademisi untuk lebih aktif melakukan kegiatan-kegiatan baik itu dalam bentuk penelitian dan pengabdian langsung kemasyarakat maupun menjadi kontrol sosial pada fihak pemerintah untuk dapat memperhatikan kondisi masyarakat mereka.
Melihat potensi perikanan yang ada khususnya budidaya rumput laut yang ada di Desa Sugie, maka kondisi ini diharapkan dapat diperhatikan dengan seksama dimana harapan harapan besar agar desa ini dapat diberdayakan dengan baik, hingga nanti bisa menjadi desa percontohan khususnya bagi desa-desa lain di Indonesia yang memiliki potensi perairan dalam hal budidaya rumput laut.

DAFTAR PUSTAKA

Achyar, M., 1986. Perikanan Darat. Sinar Baru, Bandung. 107 Hal.
 Ayub, A., 1997. Budidaya Ikan Patin Dalam Keramba Kayu. Dinas Perikanan Riau, Pekanbaru. 15 Hal.
 Dahuri, R., 2002. Membangun Kembali Perekonomian Indonesia Melalui Sektor Perikanan Dan Kelautan. Lispi Jakarta.
 Effendi, M.I,. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Sri Dewi, Bogor. 112 Hal.
 Estuaria., 2003. Buletin Kampus Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. No.1/Tahun XXIII/April 2003.18 Hal.
 Fardiaz, Srikandi., 1992. Polusi Air Dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 26 Hal.
 Hidayat, A., (2002). Rekayasa Teknologi Budidaya Rumput Laut (Euchema Cottoni)Diperairan Pantai Desa Sugie Kecamatan Moro Kabupaten Karimun Provinsi Riau. Praktek Umum. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.Pekanbaru 38 Hal (Tidak Diterbitkan).
 Ilyas, S., 1983. Makalah Suplay dan Demand Produksi Perikanan di Indonesia. Balai Penelitian Teknologi Indonesia, Jakarta.
 Ismail, U.P., 191. Kehidupan dan Kemiskinan di Daerah Desa Rambah Muda Hilir Tengah Kecamatan Kampar.
 Kasry Adnan Prof.Dr,Et.Al. 2002, Pengantar Perikanan Dan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Faperika Press.62 hal.
 Kasry, Adnan,. 1997. Pendekatan S.E.A Dalam Kerangka Iczm Bagi Kawasan Timur Sumareta. Unri Press. Pekanbaru.19 Hal.
Khalil, Munawar. 2004. Keadaan Umum Perikanan Dan Kelautan Desa Sugie Kecamatan Moro Kabupaten Karimun Provinsi Riau. Praktek Umum. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.Pekanbaru 33 Hal (Tidak Diterbitkan).
 Malik, B.A., 1998. Prospek Pembangunan Perikanan Di Daerah Riau, Hal 158 – 185. Dalam Feliatra (Editor) Strategi Pembangunan Perikanan Dan Kelautan Nasional Dalam Meningkatkan Devisa Negara. Universitas Riau Press, Pekanbaru.
Manulang, 1980. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Ghalia Indonesia, Jakarta. 221 Hal.
Romimohtarto,K.,1997. Biologi Laut. Penerbit Djambatan,Jakarta 540 Hal.
Sediadi Agus, Budihardjo Utari., 2000. Rumput Laut Komoditas Unggulan Grasindo.
Sadhori, S,N., 1991. Budi Daya Rumput Laut. Balai Pustaka. Jakarta. 106 Hal.
Susanto, H., 1999. Budidaya Ikan Di Pekarangan. Cetakan Ke 15. Penebar Swadaya. Jakarta. 152 Halaman.
Syamsuddin, A.R., 1980. Pengantar Perikanan. Karya Nusantara, Jakarta. 58 Hal.




Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna Veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat.

JOHN DOE
+123-456-789
Melbourne, Australia

SEND ME A MESSAGE

Cari Blog Ini

KUMPULAN LINK BERITA JEKWA

https://www.bintantoday.com/regional/38338275/viral-oknum-ojol-cabul-dan-curas-di-tanjungpinang-ini-solusi-dari-jekwa-untuk-kaum-wanita?page...