-->

Assalamu'alaikum Sahabat, - weblog saya sudah berpindah alamat :

putramalayu.blogspot.com

Professional Web Designer Professional Web Developer Writing is my passion

Rabu, 26 Januari 2011

Kondisi Darah Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Yang Dipelihara di Kolam Budidaya

  • Januari 26, 2011
  • by

Oleh:
AZRANI ERY SAPUTRA,S.Pi 


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum)  merupakan salah satu komoditas perikanan yang sangat baik untuk dikembangkan di sektor budidaya. Ikan ini memiliki beberapa keunggulan seperti pertumbuhan yang baik, memiliki rasa daging yang enak ketahanan tubuh yang cukup tinggi terhadap kondisi perairan yang kurang baik dan tidak membutuhkan karakteristik pakan tertentu karena termasuk ikan pemakan segala (Omnivora), sehingga ikan ini bisa dibudidayakan baik di danau (jaring apung) maupun di kolam (Trobos, 2008). Nilai ekonomis ikan ini cukup tinggi dan tidak kalah dengan ikan lain, sehingga sangat baik apabila usaha budidaya dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan di masyarakat.
Banyak kendala yang ditemui dalam melakukan kegiatan budidaya ikan. Kendala tersebut dapat berupa kematian ikan karena wabah penyakit serta perubahan kualitas air akibat masuknya limbah beracun. Perubahan kondisi ikan akibat wabah penyakit serta limbah berbahaya, pada waktu singkat tidak menunjukkan adanya gejala yang nyata sehingga sulit untuk mendeteksinya, padahal adanya bibit penyakit atau bahan polutan yang masuk kedalam tubuh ikan dapat merubah fisiologisnya seperti kondisi hematologi, sebelum gejala nyata dapat diamati. Hal itu baru diketahui setelah ikan mengalami kematian masal yang akhirnya dapat menyebabkan kerugian besar dalam melakukan usaha budidaya.
Walaupun ikan yang terserang bibit penyakit serta yang terpapar dengan limbah beracun dalam konsentrasi rendah seringkali tidak menunjukkan gejala sakit, akan tetapi tubuh ikan tersebut sudah mulai mengalami gangguan, sehingga ada perubahan yang dapat merugikan ikan. Menurut Lukistyowati, et al 2007 untuk mengetahui adanya perubahan dalam tubuh ikan yang mengalami gangguan akibat bibit penyakit dan limbah tadi dapat diketahui dengan melihat nilai parameter pada darah (hematologi) ikan. Namun selama ini penelitian tentang hematologi ikan sehat (normal) masih terbatas pada ikan-ikan yang hidup di daerah sub tropis, sementara informasi tentang kondisi darah ikan-ikan tropis yang sehat masih kurang.
Melihat kondisi tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana sebenarnya kondisi hematologi ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) yang sehat, sehingga hasil yang diperoleh nantinya dapat digunakan untuk mengetahui status kesehatan ikan

1.2. Perumusan Masalah
            Setiap ikan memiliki sistem pertahan tubuh yang berhubungan dengan kondisi hematologi (kondisi darah) yakni sistem pertahanan non spesifik. Kondisi hematologi ini mempengaruhi status kesehatan ikan. Status kesehatan itu akan dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti kualitas air serta serangan mikroorganisme pathogen yang dapat menggangu proses fisiologi tubuh yang dikhawatirkan terjadinya wabah penyakit bahkan kematian masal. Oleh karena itu diperlukan adanya informasi tentang parameter hematologi ikan yang sehat, namun selama ini informasi tentang hematologi ikan air bawal tawar yang sehat itu masih terbatas, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi hematologi normal. Dengan diketahuinya kondisi normal hematologi ikan itu nantinya diharapkan dapat menjadi informasi dan pembanding untuk melihat status kesehatan ikan.

1.3. Tujuan dan Manfaat
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran darah ikan bawal air tawar sehat atau normal yang dipelihara pada kolam budidaya di Pekanbaru. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan atau pembanding dalam menentukan status kesehatan ikan bawal air tawar. Penelitian ini juga sebagai informasi dasar (data base) khususnya untuk hematologi ikan bawal air tawar yang sehat. Apabila selama ini status kesehatan ikan (sakit atau sehat) hanya dilihat dari keadaan marfologisnya, diharapkan dengan adanya penelitian ini status kesehatan ikan dapat dilihat terlebih dahulu dari kondisi fisiologisnya yakni dari keadaan darah (hematologi) normal.
III. METODE PENELITIAN


3.1.  Waktu dan Tempat
            Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Agustus sampai September 2007, di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru.

3.2. Bahan dan Alat
            Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) ukuran konsumsi 20-30 cm, minyak cengkeh bahan antikoagulan yakni EDTA 10 % (Ethyl Diamine Tetracetic Acid), larutan giemsa, metanol 95%, larutan turk, larutan hayem dan aquades.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah wadah pengangkutan ikan (ember atau plastik), objek glass, cover glass, mikroskop binokuler, tabung eppendof, kapiler hematokrit, sentrifuse, haemocytometer, stopwatch, jarum suntik (spuit), tangguk, mikropipet. Untuk pengukuran kualitas air seperti botol BOD untuk mengukur oksigen terlarut, pH meter untuk mengukur pH, thermometer untuk mengukur suhu.


3.3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey lapangan dan pengamatan yang dilakukan langsung dilaboratorium. Metode survey yaitu dengan cara pengambilan sampel ikan di lapangan dan langsung mengambil darahnya, kemudian darah yang diperoleh diamati dan dianalisis di laboratorium.

3.4. Asumsi                                                                                                              
          Asumsi yang ajukan dalam penelitian ini ialah ketelitian peneliti selama melakukan pengamatan dianggap sama.

3.5. Prosedur Penelitian
            Pelaksanaan penelitian ini meliputi tahap persiapan dan pelaksanaan yang terdiri dari: persiapan wadah, pengambilan dan penyelidikan sampel serta pemeriksaan parameter percobaan. Untuk pengambilan darahnya ikan terlebih dahulu dibius dengan minyak cengkeh dosis 0,05 ml/liter air selama 5 menit. Setelah ikan tidak aktif bergerak lagi, darah diambil dengan jarum suntik yang telah diberi EDTA 10 % pada arteri caudalis. Darah yang berada dalam jarum suntik di masukan ke dalam tabung eppendorf, kemudian tabung eppendorf di masukkan ke dalam termos yang berisi es . Selanjutnya dibawa ke Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau untuk dianalisa.
3.5.1. Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel meliputi kolam percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-UNRI, kolam pemancingan Mikiwa di Delima, dan Balai Benih Ikan (BBI) di Rumbai, di kolam tersebut diambil 6 ekor ikan bawal air tawar. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak dua kali. dengan rentang waktu 10 hari.

3.5.2. Hematokrit dan Leukokrit
Darah ikan yang ada dalam tabung eppendorf dimasukkan ke dalam kapiler hematokrit kemudian di tutup dengan penutup lilin (vitrex) yang telah tersedia. Kapiler hematokrit kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11.000 rpm selama 3 menit. Panjang endapan Eritrosit pada kapiler hematokrit diukur dengan penggaris dan dihitung persentase volumenya.
Hematokrit dan leukokrit dihitung dengan rumus menurut Anderson dan Siwicki dalam Alifuddin (1999) yakni:






Keterangan : H = Hematokrit
                        L = Leukokrit

3.5.3. Pengamatan Eritrosit dan Leukosit
a. Perhitungan Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit)
Perhitungan eritrosit berdasarkan metoda Klontz, (1994) yaitu sampel darah diambil dari tabung eppendorf dengan menggunakan alat hisap eritrosit berupa kapiler dengan batu kecil didalamnya berwarna merah hingga garis menunjukkan 0,5 ml. Selanjutnya ditambah dengan larutan hayem hingga larutan mencapai 101 ml. Setelah itu larutan dihomogenkan dengan cara menggoyangkannya dengan bentuk angka delapan. Darah dibuang dua tetes untuk membuang gelembung udara, lalu diteteskan pada kamar hitung yang ditutup dengan cover glass. Selanjutnya diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 40 dengan 5 lapangan pandang di kotak kecil pada kamar hitung haemocytometer dan dilakukan perhitungan dengan rumus :
Jumlah Eritrosit = ån x 104 sel/mm3
Keterangan:
ån       = Jumlah sel eritrosit yanga ada pada 5 kotak kecil kamar hitung
104        = Faktor pengenceran

b. Perhitungan Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit)

Perhitungan leukosit berdasarkan metoda Klontz, (1994) yaitu sampel darah diambil dari tabung eppendorf dengan menggunakan alat hisap eritrosit berupa kapiler dengan batu kecil didalamnya berwarna merah hingga garis menunjukkan 0,5 ml, selanjutnya ditambah dengan larutan hayem hingga larutan mencapai 101 ml. Setelah itu larutan yang ada dalam alat hisap berupa pipa kapiler dihomogenkan dengan cara menggoyangkannya dengan bentuk angka delapan. Darah dibuang dua tetes untuk membuang gelembung udara, lalu diteteskan pada kamar hitung yang ditutup dengan cover glass. Selanjutnya diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 40 dengan 4 lapangan pandang di kotak besar pada kamar hitung haemocytometer dan dilakukan perhitungan dengan rumus:
Jumlah Leukositån x 500 sel/mm3
Keterangan:
ån       = Jumlah sel leukiosit yang ada pada 4 kotak besar kamar hitung
500     = Faktor pengenceran
3.5.4. Pengamatan Jenis Leukosit
            Perhitungan jenis  Leukosit berdasarkan Metode Blaxhal dan Daisley dalam Alifuddin (1999) yakni darah ikan diambil dan dibuat preparat ulas darah dikaca objek, kemudian kering anginkan, selanjutnya difiksasi dengan metanol 95% selama 5 menit, bilas dengan aquades dan keringkan. Lakukan pewarnaan dengan giemsa selama 15 menit, cuci dengan air mengalir, keringkan lalu amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 40 dan hitung jenis-jenis leukosit yakni granulosit, limfosit, dan monosit sampai berjumlah 100 sel.  
3.5.5.  Pengukuran Kualitas Air
            Pengukuran kualitas air dilakukan pada waktu pengambilan sampel, sedangkan parameter yang diukur adalah pH, suhu dan oksigen terlarut.
3.5.5.1.  pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan pH meter kedalam perairan dan dibaca setelah pH meter menunjukan angka konstan.
3.5.5.2.  Suhu
Pengukuran suhu dilakukan dengan cara mencelupkan termometer kedalam perairan. Termometer diikat pada bagian pangkal kemudian termometer digantung pada permukaan perairan beberapa menit dan suhu dibaca setelah termometer menunjukan angka konstan.
Pengukuran DO melalui titrasi berpatokan pada metode Winkler (Alaert dan Santika, 1984). Air sampel diambil dengan menggunakan botol BOD tampa terdapat gelembung udara. Kemudian ditambahkan 1 ml larutan KI alkalin dan 1 ml asam sulfat dikocok hati-hati sampai endapan hilang. Setelah itu larutan dipindahkan kedalam erlemeyer bervolume 100 ml dan titrasi dengan tiosulfat hingga terbentuk kuning muda lalu masukkan 2-3 tetes indikator amilum hingga warna biru tua muncul. Selanjutnya larutan tersebut dititrasi dengan larutan tiosulfat hingga warna biru tua tersebut hilang. Jumlah titran yang dipakai dan dicatat dan dimasukan kedalam rumus perhitungan oksigen terlarut sebagai berikut:
DO = A X N X 8 X 1000/V
Dimana: A =  Mililiter larutan tiosulfat
   N =  Normalitas larutan tiosulfat (0,025 N)
    V =  Volume air yang terpakai
3.6. Analisis Data
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah jumlah Hematokrit, Leukokrit, Eritrosit, Leukosit dan jenis leukosit ikan sampel, kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, setelah itu dibahas secara deskriptif.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.      Hasil
4.1.1. Kondisi Kesehatan Ikan  
Pengamatan hematologi ikan bawal air tawar dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali. Ikan sampel penelitian adalah ikan sehat yang memiliki ciri-ciri seperti gerakan yang lincah, insang dan tubuh ikan berwarna cerah, jumlah serta bentuk organ yang normal. Selain itu juga dilakukan pengukuran kualitas air pada setiap lokasi pengamatan.

4.1.2.    Kondisi Darah Ikan Bawal Air Tawar Daerah Panam
Kolam tempat pengambilan sampel ikan berada di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh gambaran darah  ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) di daerah Panam seperti yang tergambar pada Tabel 1 berikut ini.


Tabel 1. Kondisi hematologi ikan bawal air tawar di wilayah Panam
Keterangan :
Hm  : Hematokrit    Lf      : Limfosit
Lk    : Leukokrit         Mn   : Monosit
TE    : Total Eritrosit  Nt    : Neutrofil
TL    : Total Leukosit         Tr            : Trombosit


4.1.3.    Kondisi Darah Ikan Bawal Air Tawar Daerah Delima

Kolam tempat pengambilan sampel ikan adalah milik masyarakat setempat. Kondisi hematologi ikan bawal yang  diperoleh dilokasi Delima dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.


Tabel 2. Kondisi hematologi ikan bawal air tawar di wilayah Delima


Keterangan :
Hm   : Hematokrit    Lf     : Limfosit
Lk     : Leukokrit         Mn  : Monosit
TE     : Total Eritrosit  Nt   : Neutrofil
TL     : Total Leukosit        Tr            : Trombosit

Dari tabel 2 diketahui kisaran parameter hematologi yakni total hematokrit 38 %, leukokrit 2,4 %, total eritrosit 2.300.000 sel/mm3, total leukosit 282.667 sel/mm3, limfosit 48 %, trombosit 44 %, monosit 8 %, sedangkan neutrofil 0%.

4.1.4. Kondisi Darah Ikan Bawal Air Tawar Daerah Rumbai
Kolam tempat pengambilan sampel di lokasi Unit Pelaksana Terpadu Balaibudidaya air tawar Rumbai. Untuk  kondisi darah ikan bawal air tawar di daerah Rumbai seperti yang tergambar pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Kondisi hematologi ikan bawal air tawar di wilayah Rumbai


Keterangan :
Hm      : Hematokrit   Lf   : Limfosit
Lk        : Leukokrit        Mn   : Monosit
TE        : Total Eritrosit Nt : Neutrofil
TL        : Total Leukosit     Tr            : Trombosit

Dari tabel 3 diketahui kisaran parameter hematologi yakni total hematokrit 35,7 %, leukokrit 0,3%, total eritrosit 1.145.000 sel/mm3, total leukosit 162.667 sel/mm3, leukosit 282.667 sel/mm3, limfosit 31 %, trombosit 47 %, monosit 22 %, sedangkan neutrofil 0%.

4.1.5. Kondisi Darah Ikan Bawal Air Tawar Di semua Lokasi
            Untuk perhitungan rata-rata kondisi darah ikan bawal air tawar di seluruh lokasi pengamatan seperti yang tergambar pada tabel 4 berikut ini.



Tabel 4.         Kondisi hematologi ikan bawal air tawar di seluruh lokasi pengamatan.

Dari tabel 4 diketahui kisaran parameter hematologi dari semua lokasi pengamatan yakni total hematokrit berkisar antara 20,2 – 38 % dan persentae rata-rata 31%, kisaran Leukokrit 0,3 – 4,1 %, persentase rata-rata 2 %. Total Eritrosit 1.145.000 – 2.300.000 sel/mm3, jumlah rata-ratanya 1.708.333 sel/mm3, adapun kisaran Total Leukosit 162.667 – 282.667 sel/mm3, jumlah rata-ratanya 211.472 sel/mm3. Kisaran Limfosit 31-55 %, persentase rata-rata 45 %. Kisaran Trombosit 42-47 %, persentase rata-rata 44 %. Kisaran Monosit 1 - 22 %, persentase rata-rata 10 %, sedangkan kisaran Neutrofil 0 – 1 %, dengan persentase rata-rata 0 %.

4.1.6. Pengamatan Kualitas Air Lokasi Penelitian
Untuk semua lokasi penelitian dilakukan pengukuran kualitas air. Adapun hasil pengukuran kualitas air pada semua lokasi dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.



Tabel 5. Pengukuran kualitas air selama penelitian.



Kisaran suhu pada penelitian ini yakni 27-29 OC untuk wilayah panam 28,5 OC, Delima 29 OC dan Rumbai 27 OC. Adapun pH berkisar 6,0 – 6,5, untuk wilayah Panam 6,0, wilayah  Delima 6,5 dan Rumbai 6,0, sedangkan DO untuk Panam 4,2 ppm, Delima 4,0 ppm dan Rumbai 4,2 ppm dengan kisaran DO dalam penelitian ini yakni 4,0 – 4,2 ppm.
4.2.      Pembahasan
            Kondisi hematologi ikan bawal air tawar pada setiap wilayah pengamatan adalah sebagai berikut. Untuk lokasi Panam, hasil pengamatan hematologi ikan di lokasi ini secara umum menunjukkan kondisi normal (Lihat tabel: 4), walaupun ada beberapa parameter yang berbeda di literatur pembanding misalnya kadar leukokrit memiliki nilai 4,1% dan nilai ini lebih tinggi dari pada pendapat Isnansetyo (2006) yang menjelaskan bahwa persentase leukokrit ikan rainbow trouth normal berkisar 1-2 %. Hal itu diduga terjadi karena kondisi kolam yang kurang terawat dengan baik, sehingga tingginya kadar leukokrit ini bisa jadi merupakan indikasi awal adanya infeksi. Keadaan kolam yang kurang terawat itu tergambar juga dari kondisi perairan kolam yang jarang dilakukan pergantian air, selain kurang optimalnya pemberian pakan, sehingga kondisi kesehatan ikan yang diperlihara dalam kolam dikhawatirkan mengalami penurunan. Akibatnya indikasi awal munculnya infeksi berakibat pada peningkatan jumlah leukokrit yang ditemukan, kondisi itu dipertegas oleh Isnansetyo (2006) bahwa leukokrit yang tinggi dapat disebabkan oleh infeksi awal dan stress. Namun sampel ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan-ikan yang sehat, oleh karena itu tingginya jumlah leukokrit yang ditemukan dalam penelitian ini diduga merupakan bentuk adaptasi ikan terhadap kondisi alami kolam sehingga hal tersebut tidak berdampak pada kondisi kesehatan ikan.
            Adapun kondisi hematologi ikan di lokasi Delima secara umum masih dalam kondisi baik, walaupun dalam beberapa parameter menunjukkan nilai yang berbeda dengan literatur pembanding. Jumlah leukokrit ikan di lokasi ini adalah 2,4%, nilai ini relatif agak tinggi dibandingkan dengan pernyataan Isnansetyo (2006) bahwa persentase leukokrit ikan rainbow trouth normal berkisar 1-2 %. Adapun parameter lain yakni neutrofil pada ikan di lokasi Delima 0 %. Hal ini berbeda dengan pernyataan Klontz (1994) yang menyatakan bahwa kisaran neutrofil berkisar 6-8%. Hal ini dapat terjadi karena jumlah neutrofil pada ikan-ikan ini sangat rendah, sehingga pada waktu dilakukan penghitungan saat melakukan pengamatan neutrofil tidak terdeteksi. Rendahnya jumlah neutrofil ini menunjukkan bahwa ikan tidak terinfeksi bakteri. 
            Dari gambaran hematologi ikan di lokasi Rumbai terlihat bahwa jumlah leukokrit agak rendah yakni 0,3 % dan jumlah monosit cukup tinggi yakni 22 %. Telah dijelaskan bahwa bahwa jumlah leukokrit normal ikan rainbow trouth yakni rata-rata 1-2%. Rendahnya jumlah leukokrit bisa jadi  disebabkan oleh adanya infeksi, kualitas nutrisi yang rendah, kekurangan vitamin, serta adanya kontaminasi. Dalam hal ini rendahnya jumlah leukokrit bisa jadi disebabkan kurangnya kualitas nutrisi dalam pakan, karena pakan yang digunakan di Rumbai adalah pelet buatan, dikhawatirkan formulasi nutrisi (vitamin) yang digunakan dalam pembuatan pakan tersebut masih belum lengkap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Isnansetyo (2006) yang menjelaskan bahwa rendahnya jumlah leukokrit kemungkinan disebabkan oleh adanya infeksi, kualitas   nutrisi   yang rendah, kekurangan vitamin, serta adanya kontaminasi. Adapun jumlah monosit yang tinggi dapat juga terjadi karena adanya infeksi. Akan tetapi persentase monosit yang meningkat karena terjadinya infeksi menurut Legler, et al (1977) berkisar antara 35 – 38 %. Adapun tingginya jumlah monosit dalam penelitian ini baru mencapai 22 % sementara Lukistyowati, et al (2007) menjelaskan bahwa jumlah monosit yang ditemui pada ikan berkisar 1- 21 %. Kondisi tersebut tidak termasuk dalam kategori nilai kisaran infeksi seperti yang dijelaskan Lagler tadi, sehingga diduga persentase monosit yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan kondisi normal bagi ikan-ikan yang hidup didaerah tropis.
Dari hasil pengamatan diperoleh kadar hematokrit ikan bawal air tawar untuk lokasi Panam 20.2 %, Delima 38.0 % dan  Rumbai 35.7% dengan kisaran 20 – 38 % sedangkan rata-rata keseluruhan kadar hematokrit ikan bawal air tawar dalam penelitian ini 31,3 %. Kadar Hematokrit tertinggi terdapat dilokasi Delima (38 %) dan terendah dilokasi Panam (20,2%). Hasil pengamatan hematokrit ini berbeda dengan penjelasan Fujaya (2004) yang memaparkan bahwa hematokrit ikan Salmon sampai sekitar 47 %. Sementara itu Angka dalam Kuswardani (2006) menjelaskan bahwa adanya perbedaan kadar hematokrit itu disebabkan salah satunya oleh faktor kekurangan nutrisi. Hal ini seperti yang terjadi terjadi di wilayah Panam dimana kadar hematokrit ikan paling rendah, hal ini terkait dengan pola pemberian pakan untuk ikan-ikan di kolam ini yang kurang teratur, serta kondisi kolam yang kurang terawat. Adapun hematokrit tertinggi di wilayah Delima, hal ini terkiat dengan kondisi kolam yang memang dibuat untuk kegiatan komersial sehingga manajemen kolam seperti pemberian pakan dan kondisi kolam selalu terjaga. Dalam hal ini kadar hematokrit yang diperoleh dari seluruh lokasi pengamatan masih dalam kondisi normal, sesuai dengan penjelasan SnieZko dan Jawad dalam Marthen (2005) yang menyatakan bahwa nilai hematokrit darah ikan berkisar antara 5-60 %, Sementara itu Lukistyowati, et al, (2007) juga menambahkan bahwa persentase hematokrit pada ikan berkisar antara 14-40%. Dengan melihat kondisi ikan sampel yang sehat serta didukung oleh parameter hematologi lainnya yang masih dalam kisaran baik, maka untuk kondisi hematokrit masih dalam kategori normal.
            Pengamatan parameter hematologi leukokrit untuk lokasi Panam 4,1%, Delima 2,4%, Rumbai 0,3%, sehingga kisarannya 0,3 – 4,1 % dengan rata-rata keseluruhan kadar leukokrit dalam penelitian ini ialah 2,3 %. Hasil pengamatan parameter hematologi leukokrit yang diperoleh sesuai dengan pendapat Lukistyowati et.al (2007) yang menjelaskan bahwa persentase leukokrit pada ikan berkisar antara 1-4%. Adapun jumlah leukokrit yang rendah kemungkinan disebabkan oleh infeksi kronis, kualitas   nutrisi   yang rendah, kekurangan vitamin, dan adanya kontaminasi (Isnansetyo, 2006). Akan tetapi melihat dari marfologi ikan secara keseluruhan yang berada dalam keadaan normal, hasil rataan leukokrit yang rendah bisa terjadi disebabkan kualitas nutrisi yang rendah karena pelet yang dijadikan sebagai pakan, dibuat sendiri sehingga dikhawatirkan formulasi nutrisi yang dipakai dalam pembuatan pakan itu masih belum lengkap. Dengan melihat sebagaian persentase hasil pengamatan leukokrit yang tidak jauh berbeda dengan literatur pembanding, ditambah lagi dengan kondisi ikan yang sehat, maka persentase leukokrit masih dalam kondisi normal.
            Dari semua lokasi pengamatan parameter hematologi ikan bawal air tawar untuk total eritrosit kisaran antara 1.145.000 - 2.300.000 sel/mm3 rata-rata total eritrosit dalam penelitian ini 1.708.333 sel/mm3. Total eritrosit pada ikan dri semua lokasi pengamatan masih dalam keadaan normal. Hasil yang diperoleh sesuai dengan pernyataan Lagler et al (1977) yang menjelaskan bahwa jumlah eritrosit normal tiap mm3 darah ikan berkisar 20.000-3.000.000 sel. Sementara itu Lukistyowati, et al, (2007) juga menjelaskan bahwa total eritrosit untuk ikan berkisar antara 1.000.000 – 3.000.000 sel/mm3. Sesuai dengan pendapat para ahli,  maka total eritrosit dalam penelitian ini masih berada dalam kategori normal,
            Total leukosit yang diperoleh dari setiap lokasi berkisar antara 162.667 – 282.667 sel/mm3 sehingga rata-rata total leukosit penelitian ini 211.472 sel/mm3. Hasil pengamatan total leukosit dalam penelitian ini berbeda dengan pendapat Bond dan Lagler. Bond (1979) yang menjelaskan bahwa kisaran leukosit ikan berkisar 32.000-146.000 sel/mm3, sementara Lagler et al (1977) memaparkan bahwa kisaran leukosit ikan dewasa yang sehat dan normal berada pada kisaran 20.000-150.000 sel/mm3. Hasil pengamatan total leukosit yang berbeda dengan pendapat para ahli hal itu bisa disebabkan oleh berbedanya jenis ikan, ukuran ikan, suhu, dan musim. Pernyataan ini didukung oleh Klontz (1994) yang menyatakan bahwa nilai hematologi dapat bervariasi, hal ini bisa disebabkan oleh jenis ikan, suhu, dan musim. Adapun melihat tingginya total leukosit pada ikan sampel untuk seluruh lokasi penelitian, hal itu merupakan gejala normal sebagai bentuk adaptasi yang dilakukan oleh ikan pada lingkungan tropis yang relatif hangat, dimana pada lingkungan tersebut mikroorganisme (pathogen) dapat berkembang dengan baik, sehingga untuk melawan pathogen tersebut ikan-ikan harus beradaptasi dengan memproduksi leukosit lebih banyak. 
Untuk parameter limfosit, jumlah yang diperoleh berkisar 31-55 % dengan rata-rata 45 %. Dari hasil pengamatan limfosit untuk beberapa lokasi pengamatan masih berada dalam kisaran normal, hal ini sesuai dengan pernyataan Lukistyowati, et al (2007) yang menjelaskan bahwa limfosit pada ikan berkisar antara 36 – 80 %. Adapun rendahnya nilai limfosit di daerah Rumbai diduga adanya indikasi ikan terserang penyakit. Ini terjadi karena kondisi kolam yang ada dilokasi ini kurang baik seperti pemberian pakan yang kurang teratur, banyaknya rumput disekitar kolam yang diduga dapat memudahkan mikroorganisme pembawa penyakit masuk kekolam sehingga membuat bibit penyakit mudah untuk menginfeksi ikan.
            Hasil pengamatan parameter trombosit berkisar 42 – 47 % sehingga rata-rata jumlah trombosit yang diperoleh berjumlah 44 %. Hasil pengamatan trombosit dalam penelitian ini sesuai dengan pendapat Lukistyowati, et al (2007) bahwa bahwa jumlah trombosit untuk ikan berkisar antara 25 – 61 %. Limfosit berfungsi menyediakan zat kebal untuk pertahanan tubuh, ditemukan dalam jumlah yang besar dan dapat mengalami penurunan pada saat infeksi (scomber 1996). Hasil pengamatan menunjukkan jumlah persentase limfosit masih normal dan ini menunjukkan bahwa ikan tidak mengalami infeksi.
Parameter monosit yang ditemukan berkisar 1 – 22 % sehingga rata-rata jumlah monosit yang diperoleh 10 %. Monosit di lokasi panam dalam penelitian ini berjumlah paling rendah (1 %) kondisi ini wajar karena menurut Robert dalam Mulyani (2006) bahwa jumlah monosit sekitar 0,1 %. Adapun pengamatan di lokasi Rumbai ditemukan jumlah monosit yang paling tinggi. Hasil Pengamatan ini berbeda dengan pendapat Klontz (1994) yang menjelaskan bahwa kisaran monosit berkisar 0.1-3 % akan tetapi dapat meningkat sekitar 38%. Monosit pada ikan yang berada di Rumbai ditemukan sebanyak 22 % nilai ini masih dibawah persentase peningkatan jumlah monosit seperti yang dijelaskan oleh Klonts diatas. Selain itu melihat nilai hematologi monosit untuk seluruh lokasi penelitian lebih tinggi dari pernyataan para ahli ini merupakan gejala normal untuk ikan yang hidup di daerah bersuhu tropis, karena menurut Klontz (1994) bahwa nilai hematologi dapat bervariasi, hal ini bisa disebabkan oleh jenis ikan, suhu, dan musim. Memperhatikan alasan tersebut maka jumlah monosit yang ditemukan masih dalam kondisi normal dan ikan dalam kondisi sehat.
Parameter neutrofil yang ditemukan berkisar 0-1%. Hasil pengamatan ini berbeda dengan penjelasan Klontz (1994) bahwa rataan neutrofil berkisar 6-8%. Rendahnya jenis neutrofil dalam penelitian ini menunjukkan gejala normal hal ini juga merupakan indikasi bahwa ikan masih dalam kondisi sehat, karena jika dilihat dari fungsi, neutrofil sebagai bagian dari sel darah putih yang terlibat langsung dalam pengerusakan bakteri dan bahan asing, meningkat pada saat terjadi infeksi bakteri seperti yang dijelaskan oleh Secombes (1999). Sementara ikan-ikan sampel yang diamati secara marfologi dalam keadaan sehat, sehingga rendahnya jumlah neutrofil dalam penelitian ini menunjukkan ikan dalam kondisi sehat dan ikan tidak terserang bakteri.
Adapun dari kualitas air di semua lokasi masih dalam kondisi yang baik untuk perkembangan ikan-ikan yang dibudidayakan. Ini dapat dilihat dari hasil pengamatan parameter suhu yakni 27-29 OC, pH 6,0-6,5 dan DO 4,0-4,2 ppm. Pengukuran kualitas air kolam di lokasi pengamatan menunjukkan kualitas air masih dalam kondisi normal. Hal ini seperti yang dijelaskan Arie (2001) bahwa parameter kualitas air untuk ikan bawal air tawar agar ikan ini dapat hidup dengan kondisi baik yakni pada suhu optimal 25-30oC, DO minimal 4 ppm, dan pH berkisar pada 7-8. Adapun Rahardi et.al (2000), menambahkan juga bahwa kualitas air yang memenuhi syarat sebagai media hidup ikan sebagai berikut :oksigen yang terlarut dalam air dan dianggap paling ideal untuk tumbuh dan berkembang ikan berkisar antara 5-6 ppm., kisaran pH air antara 6,7-8,6 dan suhu air berkisar 25-30 0C.
Melihat kondisi ikan sample yang digunakan pada saat penelitian dalam keadaan sehat serta kualitas air yang berada di lokasi ini masih menunjang untuk kehidupan ikan maka dapat dijelaskan bahwa kondisi hematologi ikan bawal air tawar di semua lokasi umumnya dalam keadaan normal (sehat).

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
            Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hematologi ikan bawal air tawar (Colossoma macropamum) dapat dikategorikan normal atau sehat dengan jumlah kisaran nilai Hematokrit 20,2-38 %, Leukokrit 2,4-4,1 %, total Eritrosit berkisar 1.145.000-2.300.000 sel/mm3, total Leukosit 162.667-282.667 sel/mm3, Limfosit 48-55 %, Trombosit 42-47 %, Monosit 1-22 %, dan Neutrofil  1 %.

5.2. Saran
            Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pengamatan hematologi ikan bawal air tawar yang ada di perairan umum, sehingga dari pengamatan tersebut dapat dilakukan perbandingan terhadap kondisi hematologi ikan bawal yang berada di kolam.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi Ridwan, Dr,Ir dan Tang Usman Muhammad, Dr, Ir. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Pekanbaru.

Alifuddin, M. 1999. Peran immunostimulan (Lipopolisakarida, Saccharomyces  cerevisiae dan Levamisole) Pada Gambaran Respon Imunitas Ikan Jambal Siam (Pangasius hypophthalamus). Kertas Kerja, Program Pasca Sarjana IPB, Bogor, 48 hal (tidak diterbitkan)

Anderson, D.P. 1974. Diseases of Fishes. T.R.H. Publication. Inc. Ltd. Hongkong.
                       
Anonim.2007. aqualex.org/elearning/fish_haematology/english/1Leucocytes.htm
Arie, Usni. 2000. Budi daya Bawal Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Bond, C.,E, 1979.Biology of Fishes. Sounder College Publishing. Philadelphia.

Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Dellman, H.D. and E. M. Brown., 1989. Veterinary Histology (Diterjemahkan oleh R. Hartono). University Indonesia Press. 279 p.

Dharmawan, N.S., 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner: Hematologi Klinik. Universitas Udayana. Denpasar 111 p.

Fujaya, Y., 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta. Jakarta. 168 hal

Huet. M. 1971. Tekt book of Fish Culture Breeding and Coltivation of  Fish. Fishing News (Boks) ltd. London 436 p.
id.wikipedia.org/wiki/Darah (Halaman ini terakhir diubah pada 23:23, 17 Maret 2008)
Isnansetyo, A., 2006. Petunjuk Praktikum Evaluasi Pertahanan Non Sfesifik Ikan. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Klont.G.W,1994. Tecniques In Fish Immunology. Department of Fish and Wildlife Resouurces University of Idaho Moscow, Idaho.

Kuswardani Yusmita. 2005. Pengaruh Pemberian Resin Lebah Terhadap Gambaran Darah Maskoki (Carassius auratus) yang Terinfeksi Bakter Aeromonas hydrophila. Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu kelautan, IPB (Tidak diterbitkan).

Lagler, K.F, J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R. Passino. 1977. Ichtyology. John Wiley and Sons, Inc. New York. 506 p.

Lukistyowati, Windarti, dan Riauwati. M. 2007. Studi efektivitas Bawang Putih (Allium sativum) untuk mencegah dan mengobati Penyakit Mas pada Ikan mas (Cyprinus carpio L).

Lukistyowati, Windarti,  2007. Hematologi Ikan-ikan Air Tawar. Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru.

Marten P.DJ.Engel. 2005. Gambaran Darah Ikan Nila (Oreochromis sp) Yang Diberi Pakan Lemak Patin Sebagai Sumber Lemak dalam Pakan. Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu kelautan, IPB (Tidak diterbitkan).

Mulyani Sri. 2006. Gambaran Darah Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) Yang Terinfeksi Cendawan Achlya sp. Pada Kepadatan 320 dan 720. Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu kelautan, IPB (Tidak diterbitkan).

Rahardi, F, Nazaruddin dan Kristiawati. 2000. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. 62 hal.

Secombes, C. H., 1996. The Non Spesific Immune System: Cellular Defenses In Iwama and Nakanishi (Eds). The Fish Immune System: Organnism, Pathogen, and Enviroment. Acadenic Press. California USA.

Septiani, G., 1997. Gamabaran Sistem Kekebalan Non-Spesifik pada ikan Gurami (Ospronemus gauramy Lac) akibat pemberian Immunostimulan. Tesis Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Trobos.com/show_article.php?rid=17&aid=806 (Kamis, 3 April 2008).

Wardoyo, S. T. H. 1981. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan  Pertanian dan Perikanan. Training Analisa Dampak Lingkungan PPLH – UNDP – PUSDI – PSL, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 40 hal (tidak diterbitkan).

Wedemeyer, G. A. 1979. Physikologi Of Fish In Intensive Culture Systems. Chapmann and Hall, International Thompson Publishing, 231 

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna Veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat.